Hari Ibu dan Sosok Ibu Bagiku
Untuk orang yang paling spesial dihidupku, Ibu. Terimakasih telah menjadi bagian yang paling abadi dalam jiwaku. Terimakasih atas segala kehangatan yang selalu kau beri, mulai aku masih dalam kandunganmu hingga kini aku yang telah beranjak dewasa.
Ibuku adalah seorang yang tangguh, sabar, penyayang dan tidak pernah mengeluh. Beliau adalah panutan sepanjang hidupku. Beliau adalah sosok yang sangat sangat tegar di tengah penyakit kerasnya, dia berjuang sendirian melawan penyakitnya. Iya, saat itu ibuku mengidap penyakit kanker yang sudah memasuki stadium tiga. Tapi Ibu tak pernah cerita bahwa dia sedang mengidap penyakit seberat itu dia tetap menjalankan aktivitasnya seperti biasanya. Sesekali ku dengar nafasnya mulai berat. Senyumnya tak lagi sama. Tak jarang ku lihat dia kesusahan tidur di malam hari. Tapi ibu cuma bilang, "Tidak apa-apa ini cuma batuk."
Tak lama kemudian, Beliau jatuh sakit dan hanya bisa terbaring di kasur. Mungkin sel kanker itu sudah banyak menyebar dalam tubuh ibuku. Setelah sepulang sekolah, ku dengar Ibuku mengidap penyakit kanker dan nafas Ibuku semakin berat, helaan nafasnya tak lagi sama. Hatiku menangis kala itu tapi tak kutunjukan. Hasil check dokter itu membuat Ibuku harus menjalani rawat inap di salah satu rumah sakit di Kota Bandung. Dengan serangkaian tes dan pembuangan cairan. Saat itu ibuku sempat membaik. Aku lega.
Terbilang 2 hari Ibuku tinggal di rumah sakit itu, aku tak sempat menemani karena harus menemani adikku juga yang saat itu masih kecil dan aku yang akan mulai persiapan ujian nasional. Aku masih ingat saat itu Hari Jumat Tanggal 11 November 2016 pukul 6 pagi lebih. Aku bersiap akan menuju sekolahku, tapi saat itu telponku berdering. Itu telpon dari Ayahku, beliau tak berbicara hanya terdengar isakan tangis. Dan menyuruhku untuk datang kerumah sakit. Ditemani oleh sodaraku aku diantarkan kesana dengan air mata yang selalu menetes memikirkan apa yang telah terjadi.
Saat itu receptionist mengantarkan kita pada suatu ruang, dengan air mata yang terus mengalir sampailah disuatu ruangan itu ternyata itu adalah ruangan terakhir dimana jenazah hendak dihantarkan, aku masih ingat jelas bagaimana ambulance sudah menunggu di depan. Tangisku menjadi, tak kupedulikan banyaknya orang disana. Sesekali ku berdiam di pojokan rumah sakit dan menangis sejadi-jadinya dan berharap itu hanya mimpi. Mimpi buruk. Tapi kenyataan tidak mengatakan begitu, ini kebenarannya. Ibuku pergi meninggalkanku untuk selama-lamanya. Sampai diperistirahatan terakhir tangisku tak berhenti. Masih mencerna apa yang telah terjadi. Tak berada disamping Ibuku untuk terakhir kalinya aku menyesal sejadi-jadinya. Memikirkan bagaimana Ibuku berjuang untuk itu.
Ibu..
Cinta kasihmu tak pernah hilangPosisimu tak pernah tergantikan
Walaupun kini duniaku rumpang
Tetapi memorimu masih tersimpan
Ibu..
Kata terimakasih tak cukup ku katakan
Kata maaf tak bisa tergantikan
Untuk kehangatanmu yang selalu kau berikan
Semoga Kau selalu dalam naungan Tuhan.
moga aku bisa setegarmu,
Selamat hari Ibu, Ibu terhebatku.
Bandung, 22 Desember 2018
Salam hangat dari buah hatimu,
Femi Yuniar.
Komentar
Posting Komentar