TXT DARI CONTENT WRITER
source: Pinterest |
Entah kenapa gue ngerasa waktu cepet banget berlalu, dari semenjak gue libur dari kerjaan tujuh Mei kemarin sekarang udah di pertengahan Mei lagi.
FYI, gue mencoba kabur dari realitas ngelarin skripsi buat bikin artikel ini. Bukan selepasnya kabur, tapi nambah mood juga sebenernya selain itu ya mencoba membiasakan diri buat nulis lagi. Walaupun, di sini gue nulis secara informal.
Gue dari dulu pengen banget bahas ini topik, lebih tepatnya gue pengen sharing. Gue banyak gagalnya sih sebagai content writer dari artikel gue yang bacanya cuma beberapa orang sekarang udah sampe ribuan (ya walaupun ga sampe puluhan ribu atau ratusan hehe), pengen share keluh kesah sebagai content writer dan pelajaran-pelajaran apa aja yang gue ambil selama trial and error,
Disclaimer! Artikel ini bukan SEO SAVVY, gue lebih pengen buat sharing aja dan tulisan di blog gue kali ini bakal lebih bahas ke teks penulisannya bukan ke SEO/SEO Tools nya, karena menurut gue sebagus-bagusnya artikel adalah artikel yang enak dibaca. Setuju ga? hehe.
Berikut pelajaran yang gue ambil selama jadi content writer,
1. Konten yang Relate
Salah satu cara agar artikel banyak dibaca adalah konten yang relate entah itu relate sama tren, suatu peristiwa, atau bahkan perasaan seseorang. Semakin relate suatu konten, semakin rame juga engagement nya. Namanya juga content writer ya kan, jadi mau ga mau harus bergelut dengan konten bukan cuma nulis doang.
Misalkan posisi lo nulis lagi bulan Ramadhan bikin tulisan yang berkaitan contohnya kalau lagi 10 hari terakhir ramadhan bikin tulisan yang berkenaan dengan itu. InsyaAllah tulisan lo banyak audiencenya, dengan catatan lo tetep optimalisasi keyword (SEO) :p
2. Keyword
Setelah lo tau mau bikin tulisan apa dan angle nya kaya gimana, next step nya optimalisasi keyword. Tujuan kita atau company bikin artikel kan untuk dibaca, percuma ya kan tulisan udah bagus terus effortnya udah setengah mati eh yang baca cuma satu, gendok ga lo(?) wkwk.
Maka dari itu, tulisan yang bagus doang gak cukup tetep harus dibarengi juga dengan keyword-keyword yang kuat. Tenang aja, lo bisa pake tools-tools gratis kok kaya ubersuggest. FYI, peletakan keyword juga gak sembarangan.
Ada beberapa tempat yang bagus buat nempatin keyword kaya di judul, sub judul, 10 kata pertama, dan caption foto. Buat bisa jago dalam hal keyword emang perlu jam terbang yang banya biar lo tahu polanya kaya gimana.
3. Story Telling Lead to CTA
Gue banyak baca tulisan temen-temen atau strangers yang backgroundnya bahkan bukan seorang penulis atau berlatar pendidikan linear, tapi hebatnya tulisan mereka gampang dimengerti karena dianogikan dengan cara yang sederhana.
Dari situ gue sadar, tulisan yang bagus bukan tentang bahasanya yang jelimet biar keliatan keren, tapi menggunakan bahasa yang sederhana dengan teknik bercerita yang baik. Inget, ini artikel bukan karya ilmiah!
Kalau bisa bahasanya jangan terlalu kaku kaya robot, biarkan semengalir mungkin dan tentunya masih dalam batasan etika dan pedoman dari perusahaan ya.
Buatlah tulisan semenarik mungkin dengan bahasa yang catchy dan analogikan dengan tren atau situasi terkini, kemudian ajak audience untuk berinteraksi dengan tulisan agar menarik engagement artikel itu sendiri.
4. Memposisikan Sebagai Pembaca
Kadang banyak tulisan yang gak manusiawi menjejal kita dengan banyak hal tapi baru lihatnya aja udah bikin puyeeng. Makanya banyak pembaca kabur sebelum tulisannya beres. Pengalaman juga di gue, saking malesnya cuma liat lead, caption gambar, dan sub judul.
Jadi, usahakan pas lagi nulis artikel lo memposisikan diri sebagai pembaca. Sekiranya lo bakal bosen atau jenuh gak dikasih tulisan yang begitu? isinya mostly tulisan udah gitu rapet lagi.
Seeengaknya kasih gambar biar pembaca gak bosen, maksimal dalam satu paragraf 20 kata, dan kasih referensi tulisan lainnya. Itulah fungsi "Baca juga" di artikel-artikel kalau ngeuh hehe.
5. Pembendaharaan Kata
Seorang content writer harus punya banyak kosa kata! Lah emangnya kenapa?
Pentingnya pembendaharaan kata itu untuk mencegah kebosanan pembaca, membuat tulisan lebih catchy, dan mudah dipahami.
Kadang masih banyak dari kita yang penggunaan katanya tidak tepat jika dipasangkan dengan suatu imbuhan dan juga pemisahan atau penggabungan kata.
Terus apakah sebuah artikel harus EYD Friendly juga? jawabannya bisa yes or no. But mostly, Yes!
Tulisan yang dimuat di sini cuma berdasarkan pengalaman pribadi yang gue rasain, masih banyak suhu-suhu yang lebih baik dari gue dan gue masih belajar dari mereka. Jadi, kalau ada muatan tulisan yang sekiranya salah atau bahkan sok tahu, mohon dimaklumi hehe.
Gue pengen tahu juga dong dari kalian, gimana keluh kesah kalian sebagai penulis atau kalian yang baru coba terjun ke dunia penulisan? komen di bawah ya! :)
xoxo
Komentar
Posting Komentar