Museum Era Milenial



Patung Emma Poeradiredja dan tumbuhan ilalang menghiasi depan Museum Kota Bandung, Jalan Aceh Nomor 47, Kota Bandung.


Apa yang muncul dalam benak anda mengenai museum? Sebuah bangunan kuno yang membosankan atau sebuah tempat yang didalamnya hanya terdapat sejarah? Sebuah kesan negatif seringkali diucapkan generasi milenial terhadap sebuah tempat yang disebut dengan museum ini. Bangunannya yang seringkali terlihat kaku membuat generasi ini enggan mengunjungi museum, kecuali karena ada sebuah kunjungan atau keharusan. Seiring dengan berkembangnya zaman kini esensi belajar sejarah di museum haruslah dibarengi dengan instagramable sebagai daya tarik. Instagramable sendiri merujuk pada sebuah tempat aesthetic yang bisa dijadikan untuk spot foto di media sosial.


Makin banyaknya kebutuhan masyarakat terutama generasi milenial akan tempat yang instagramblepun disadari oleh ketua Museum Kota Bandung, Hermawan Rianto. Maka dibangunlah Museum Kota Bandung. Museum yang instagramable dalam segi desain interior maupun eksterior ini, dirancang juga sebagai museum yang modern dalam segi pendalaman materinya untuk mepresentasikan produk budaya Kota Bandung kepada pengunjung. Untuk menghindari kesan kaku seperti museum konvensional lainnya, Museum Kota Bandung ini menghadirkan ahli komunikasi visual untuk menyajikan data sejarah yang lebih menarik. "Didalam museum ada data ada publik, data yang sampai ke publik dalam museum konvensial tidak menarik, makanya orang jarang ke museum. Museum modern harus menyediakan sesuatu yang baru agar membuat itu menarik" Ujar Hermawan.


Sejumlah profil walikota bandung dari masa ke masa tampak di dalam Museum Kota Bandung.

Museum yang menempati bekas milik organisasi freemason yang berdiri sejak tahun 1920  ini memamerkan sejarah Kota Bandung. Ketika anda memasuki gedung utama, anda akan dipaparkan sejarah kota bandung mulai dari masa kolonial belanda hingga masa milenial seperti saat ini. Untuk pengisian kontennya sendiri, museum ini sudah memulainya sejak tahun 2015. Tak hanya dari sumber nasional, isi konten museum inipun didapat dari berbagai negara seperti Belanda, Inggris, dan Jepang. 

Sejumlah portofolio unik digantungkan di langit-langit museum.

Jauh dari kata membosankan, data yang ditampilkanpun dibubuhi gambar-gambar seperti gambar bangunan, peristiwa, maupun tokoh. Kesan vintage dalam museum ini, seolah-olah membawa kita pada masa tempo dulu. Tak hanya belajar sejarah kita juga mendapat sensasi yang akan mengingatkan kita pada masa-masa itu. 

Konten museum dan sebuah pintu menuju gedung dua yang masih dalam proses penyelesaian.

Walaupun museum ini akan rampung semua pada tahun 2019, museum ini sudah dibuka untuk umum dengan waktu operasional mulai dari selasa hingga minggu mulai pukul delapan pagi hingga lima sore.

Komentar

Postingan Populer